Budidaya Burung Glatik
Budidaya Burung Glatik
Burung gelatik semakin usang semakin langka. Padahal dahulu burung ini bertebaran di alam bebas dan menjadi musuh petani. Burung berkicau dengan nama latin paddaoryzivora dari suku Estrildidae sekarang ini semakin diburu para penggemar burung. Rusaknya ekosistem dan menyusutnya areal persawahan juga diduga ikut berperan menurunkan jumlah burung gelatik di alam liar. sedangkan berdasarkan MacKinnon (1995), disebutkan hal itu terjadi sebab penangkapan massal untuk hewan piaraan. Tetapi pemerhati burung yang lain, van Ballen, mengira itu terjadi sebab efisiensi penggilingan padi yang tidak lagi menunjukkan kesempatan kepada burung-burung itu untuk mengambil padi dengan mudah. Akibatnya harga burung ini melonjak tinggi. Sepasang induk gelatik silver diperdagangkan di kisaran 1 juta sedangkan untuk anakan usia 1 bulan berada di kisaran harga 500.000 rupiah.
Sebelum abad penangkapan menyerupai kini ini, burung gelatik gampang ditemui di pulau Jawa dan Bali. Mereka membentuk populasi di sekitar area persawahan. Untuk membedakan jenis kelamin gelatik bukan kasus mudah. Jantan betina hampir mirip. Secara teliti harus diamati pada pecahan paruh, suara, dan mata. Gelatik jantan mempunyai pangkal paruh yang lebih tebal, dengan warna merah tajam yang sangat cantik. Matanya juga lebih cerah bersinar. Kicauannya lebih bertenaga dengan frekuensi yang lebih sering daripada betina. Sedangkan betina paruhnya lebih tipis, warna merahnya lebih muda, matanya berwarna agak pudar, ukuran lebih kecil, dan kicauannya monoton dengan intonasi cik...cik...cik.
Gelatik termasuk burung berukuran kecil, panjangnya lebih kurang 15cm. Gelatik jawa mempunyai kepala hitam, pipi putih dan paruh merah yang berukuran besar. Burung cukup umur mempunyai bulu berwarna abu-abu, perut berwarna coklat kemerahan, kaki merah muda dan bulat merah di sekitar matanya. Burung jantan dan betina serupa. Burung muda berwarna coklat. Pakan utama burung ini yakni bulir padi atau beras, juga biji-bijian lain, buah, dan serangga. Burung betina menetaskan antara empat hingga enam telur berwarna putih, yang dierami oleh kedua tetuanya.
Burung gelatik silver atau silver java sendiri mempunyai dua tipe warna, yaitu light silver java dan dark silver java. Light silver java (sex linked gene) ditimbulkan sebab mutasi gen. Warna debu abu terperinci hampir keputihan sedangkan dark silver java (recesif gene) terjadi sebab mutasi akhir faktor resesif dalam gen. Warna abu-abu jenis ini tajam dan cukup kontras. Selain kedua warna tersebut diatas sebetulnya masih ada dua jenis warna gres yaitu silver red dan silver yellow.
Silver red merupakan mutasi gres dari gelatik silver. Bulu pada pecahan dadanya berwarna kemerah-merahan. Jenis ini merupak varian terbaru dan belum banyak ditemui di Indonesia Silver yellow juga merupakan mutasi gres dari gelatik silver. Bulu pada pecahan dadanya berwarna kekuning-kuningan. Sama halnya dengan silver red, jenis silver yellow ini pun masih tergolong baru. Silver yellow banyak terdapat di Rusia.
Selain warna, gelatik silver ternyata juga mempunyai keunikan tersendiri. Burung gelatik dianggap sebagai burung pembawa keberuntungan bagi pemiliknya. Dengan memelihara gelatik silver, dibutuhkan keberuntungan pemiliknya tidak hilang bahkan mungkin bertambah. Pamornya mendekati dengan mitos ikan arwana sebagai ikan hoki. Mitos lainnya yang tak kalah unik Konon, jantung dan hati gelatik silver bisa diramu menjadi obat mujarab. Ramuan itu dipercaya bisa mengobati aneka macam penyakit kronis seperti kanker dan berguna menciptakan infinit muda. Semoga saja keistimewaan burung gelatik tersebut menciptakan orang lebih tertarik untuk menjaga atau menagkarkannya bukan untuk diburu dan diperdagangkan
0 Response to "Budidaya Burung Glatik"
Posting Komentar